Abdul Hadi bergegas menuju kostnya di kawasan Tendean Jakarta Selatan. Baru saja ia mendapat perintah langsung dari bosnya menuju kawasan dingin di salah satu propinsi di Pulau Jawa, "mau kemana Di,koq kelihatannya buru-buru amat", tanya Syahran penuh keherenan. Syahran adalah teman sekost Abdul Hadi sejak ia bekerja.Keduanya patungan sekali sebulan untuk membayar kost-kostan yang mereka tinggali sejak dua tahun terakhir ini. Selama dua tahun, Abdul Hadi dan Syahran sama-sama merasakan hidup di kost-kostan. Katanya hidup di Jakarta memang serba susah, semuanya harus serba mengeluarkan duit. "Buang air kecil saja harus di bayar" begitu kata temanku yang kini sudah menetap di Jakarta.
"Wah,kau Ran.Sudah bangun kau rupanya?. Semalam aku dipanggi oleh bos. hari ini saya harus ikut rapat bersama rekan-rekan se kantor", jawabnya kepada Syahran sambil mengepak-ngepak pakainnya lalu dimasukan ke dalam tas ranselnya. "ayo cepat Ran, mandi sana. kau dulu atau aku", kata Hadi "soalnya saya buru-buru nih, jam delapan saya harus ada di kantor.
Sebelum mandi Hadi terheran melihat tas milik Syahran yang sudah berisi segumpal pakaian. Ia lalu mengitari sudut-sudut kamar kostnya ini. Sudah nampak bersih, tak ada lagi pakaian Syahran yang bergelantungan,termasuk sepatu. "wah-wah..ada nih Ran. Kamu DLK ya? ke mana?" tanya Hadi penuh keheranan.
"DLK kemana?, saya nggak pernah lagi DLK", jawab Syahran.
"Oo..kamu cuti toh? mau pulang kampung rupanya.pantas aja setiap malam kau diteplon pacarmu di kampung"ledek Hadi
"Gini Di, saya minta maaf baru sekarang ngobrol ke kamu. Mulai besok saya kerja di tempat lain. Aku baru aja ditelpon oleh kawan kita yang sudah kerja di sana dan katanya aku ditawari untuk bergabung di sana. Belum tau sih jobnya bagian mana. Tapi soal gaji ya lumayanlah. empat kali lipat"begitulah penjelasan Syahran ke Hadi.
Kedua sahabat kerja ini lalu diam membisu. Hadi masuk ke kamar mandi sementara Syahran bersiap-siap meninggalkan kostnya. Sejak semalam ia sudah pamit ke teman-teman kerjanya. Begitulah, kedua sahabat ini sama-sama hendak meninggalkan kostnya. Hadi berkemas barang menuju rapat bersama teman sekantornya sementara Syahran meninggalkan kostnya menuju ke tempat kerja yang baru-mencari suasana yang baru.
Gelombang badai di tengah laut kini juga melanda kawasan Tendean. Gelombang kali ini adalah gelombang eksodus sejumlah pekerjanya. Hampir setiap tahun gelombang seperti ini terjadi. Satu persatu bahkan berkelompok mereka pindah ke tempat lain. Alasannya pun bermacam-macam. Mulai soal gaji,suasana kerja, suka nggak suka hingga karena mengikuti rekannya dengan alasan pertemanan."System bang.System yang membuat seperti ini. Nah sekarang siapa yang membuat system itu", ujar Adriani kepada pacarnya saat berdiskusi panjang soal gonjang-ganjing eksodus.
Awal tahun 2008 ini kemudian menjadi perbincangan hangat di seputaran Tendean hingga ke daerah-daerah. Perbincangan makin hangat karena pembajakan sampai juga ke daerah-daerah. "Kira-kira apa dipikiran bos kita saat ini?melihat begitu banyak anak buahnya hengkang,dibajak lalu meninggalkan kantor ini", perbincangan antara Laila melalui telpon. "Kalau soal itu saya kurang paham. Soalnya sudah seringkali terjadi pembajakan dan eksodus seperti ini. Tapi biasa-biasa aja tuh. entahlah kalau sekarang ini. Soalnya eksodus tahun ini agak berbeda dengan eksodus yang lalu-lalu", jelas Bona yang suaranya jauh di sebrang sana. Yah, tahun ini memang bukan hanya karyawan biasa yang pindah melainkan sejumlah pucuk pimpinannya yang sebelumnya dijadikan panutan di kantor tersebut. Memang, tidak semua dibajak atau kerja di tempat lain tapi sangat kebetulan disaat bersamaan banyak yang keluar dengan berbagai alasan. Bahkan ada yang keluar secara berkelompok atau satu paket.
Abdul Hadi kini siap-siap menuju tempatnya rapat. Di atas mobil perincangan hangat bukan lagi soal basa-basi pekerjaan melainkan soal eksodus dan pembajakan-pembajakan itu. Mulai dari siapa saja yang sudah pindah kerja hingga desas-desus yang akan mengikuti jejak mereka yang sudah lebih dulu meninggalkan jejak di Tendean. "pokoknya gini deh.Perbincangan kita ini harus sampai ke rapat nanti" usul Hadi ke beberapa rekannya. Walau sebenarnya Hadi kurang yakin apakah persoalan ini bakal mendapat tanggapan dari kalangan rapat. Tapi bagi dirinya, apapun yang terjadi persoalan ini harus mendapat resfon dari bos-bosnya. Hadi hanya ingin tahu reaksi para peserta rapat. Setidaknya ada sebuah "rahasia" perusahaan dari bosnya yang ia ingin ketahui lalu disampaikan kepada rekannya yang tidak mengikuti rapat. Dan rahasia itu bisa menjadi tonikum baru bagi dirinya dan rekan-rekannya yang masih setia.
"Saya sih berharap dalam rapat itu ada sebuah mukjizat yang diberikan kepada mereka yang mencintai kantor ini, mencintai suasana ini,atau mereka yang saling mencinta di kantor ini", harap Nic saat berincang melalui telpon dari Surabaya ke Losari. "Betul. Saya sangat yakin. Meskipun nantinya perbincangan ini akan masuk dalam pase ketiga dalam sebuah rapat-tapi kita berharap mukjizat itu akan kita dengar dan tau", kata Ona sambil tertawa lebar.
"kau tertawai aku", kata Nic
"bukan. kenapa kau uring-uringan?tenang aja. Atau kau sudah ditawari ya",ledek Ona
Yah..Mukijizat tahun 2008 nampaknya sudah menjadi sebuah penantian bagi mereka yang sudah terlanjur cinta. Entah cinta kepada kantornya,cinta pada suasana, cinta pada keadaan,cinta kepada sesama teman atau ada yang juga beranggapan jika dimanapun akan menemui kerja seperti apa yang mereka alami di kantornya saat ini. "mungkin kantor lagi menguji cinta dan kesetiaan kita"kata Nic.
"Hei Nic..Hati-hati berbicara soal cinta dan kesetiaan.Jangan sampai cintamu itu akan menyekutukan Cintamu kepada Allah dan cintamu kepada kantormu?.Sebaiknya berdoalah agar cintamu dibalas oleh Allah melalui sebuah mukjizat tahun ini", saran ona yang bagaikan uztadz.
Teringat 2 tahun silam atau tahun 2006 sebuah mukjizat pada tahun genap merasuki semua jiwa para karyawan di kantor tersebut. Dan tahun ini adalah tahun genap 2008, akankah mukjizat itu terulang lagi walau modus yang berbeda. Yah..cinta dan kesetiaan bagi mereka yang masih tinggal tak dapat dipisahkan lagi antara cintanya kepada pekerjaannya dan cintanya kepada kantor tempat mereka bekerja. "Nic, kita akan melihat pembuktian dari seseorang yang ditinggalkan oleh orang-orang terkasihnya. Bahwa kualitas yang ada saat ini masih mampu bersaing dan membuat perusahaan ini melaju jauh terdepan seperti cita-cita dan visinya pada bangsa dan negara", kata Ona meyakinkan Nic.
"Nic..katanya sang bos marah besar begitu mengetahui banyak anak buahnya yang kabur. Dia tidak mau lagi ada SDM nya yang dibajak", ungkap Ona.
"Itu baru bos. Harus marah dong.Kasian kan jika mengeluarkan investasi membangun SDM tapi perusahaan lain menikmati", Kata Nic membalas informasi yang baru saja ia dapatkan dari sahabatnya itu.
Pindah kerja atau pembajakan memang sudah lazim di dunia salah satu jenis perusahaan ini. Bukan hanya yang berada di Tendean ini, di lokasi lain eksodus besar-besaran juga sedang berlangsung. Apalagi di PT. Tendean, bukan kali ini saja eksodus berlangsung.Tak ada habisnya SDM di sini, bagaikan kehidupan yang terus menerus berlanjut. Meminjam istilah mati satu tumbuh seribu.
Soal itu, nampaknya semua karyawan sudah yakin dan paham akan kemampuan mereka masing-masing. "buktinya kan perusahaan ini masih mampu bersaing bahkan disaingi oleh yang lain, walau banyak karyawan hebat yang telah pindah", ujar Nic. Sekarang mukjizat cinta tahun 2008 akan ditunggu untuk melengkapi kecintaan Hadi dan kawan-kawannya kepada perusahaan ini. Mukjizat itu diyakini oleh Hadi akan menjadi bentuk perlawanan dari seorang bos yang ditinggalkan oleh orang-orang terkasihnya, yang pernah dididik melalui usahanya.
Kamis, 10 Januari 2008
Mukijizat Cinta Sebuah Pengabdian
Diposting oleh dermagamakassar di 18.04 0 komentar
Selasa, 08 Januari 2008
Para Penggoda Rakyat
"Banyak sekali spanduk ucapan selamat di kotamu bro",begitulah pertayaan temanku- yang berasal dari Bandung ketika saya menemaninya mengitari kota yang berujuluk anginmammiri. Baru kali ini sohibku ini mengunjungi Makassar setelah sekian lama kami bertemu di Bandung beberapa tahun silam.
Pasca Pilkada provinsi Sulawesi-Selatan memang spanduk-spanduk makin bertebaran di kotaku ini. Bukan hanya sudut-sudut jalan lagi yang dihiasi oleh spanduk tapi juga sudah sampai ke sudut-sudut gank atau bahkan tingkat RW sekalipun. "Ucapan seperti itu bro makin bertambah ketika memasuki hari raya Idul Adha,Natal hingga Tahun baru.Andai kau warga Makassar dan terkenal lalu sudah meninggal dunia, mungkin juga hari lahirmu akan dikenang oleh mereka yang lagi cari ketenaran itu", ujarku sambil tertawa. Tapi yang saya heran kenapa baru sekarang mereka-mereka itu memasang spanduk seperti itu, misalnya spanduk ucapan selamat tahun baru,natal dan Idul Adha.Kalau memang punya niat yang tulus, kan sedari dulu sebaiknya mereka lakukan seperti itu.
Memang, denyar-denyur dunia politik lagi hangat di Makassar. Kurang delapan bulan lagi akan berlangsung pemilihan walikota Makassar.Spanduk-spanduk,pamflet-pamflet, baliho-baliho bertebaran di sana-sini. Ada yang berwarna putih,kuning,biru,merah sesuai warna partai masing-masing. Berbagai kata,semboyan dan kalimat telah mereka keluarkan lalu mereka tuliskan besar-besar. Bahkan visi-visinya sudah mulai mereka sampaikan melalui media komunikas seperti itu. Semua ucapan yang mereka keluarkan itu, mereka anggap suci padahal tujuananya meraih kekuasaan.Idiomatik yang mereka tawarkan begitu menggoda padahal sebenarnya idiomatik.
"Wah...tuh sana bro.Balihonya gede amat. Tapi aneh, koq doa digembor-gemborkan seperti itu. Doa kan cukup kita dan Tuhan yang tau,ngapain harus disampaikan seperti itu. Apa nggak Riya' dan Nu'dza?"tunjuk Asep ketika melintasi prapatan Jalan Ahmad Yani-Jalan Nusantara. Di situ terdapat sebuah baliho ukurannya cukup besar lalu ada munajat doa untuk warga Makassar agar tidak dimurkahi oleh Tuhan. Di Baliho itu tertulis "Doa ketika di Mekkah"
Macam-macam rupa kalimat dan slogan bertebaran di sana-sini terpampang di udara. Di mobil-mobil juga terlihat beberapa stiker besar sengaja ditempelkan di kaca belakang. Misalnya, ada kalimat "I'M Team", "Save Our City". Selain kalimat-kalimat berbau bahasa asing itu juga beberapa kalimat yang berbahasa logat daerah Makassar. "Kita sudah membangun Makassar,majuki lagi Aco", sebuah spanduk di lapangan karebosi terpasang panjang. Ada yang unik juga bro, "pemimpin sombere' yang layak pimpin Makassar", sambil terpasang foto salah satu warga kota Makassar. Sombere' artinya, suka ngobrol,terbuka dan bergaul dengan masyarakat siapapun. Menggunakan semboyan bahasa asing sebenarnya dimulai oleh salah satu kandidta Gubernur Sulsel pada Pilkada November silam. Dan terbukti, semboyan tersebut membuat calon tersebut meraih suara terbanyak versi KPUD Sulsel walau ada keputusan MA yang meminta Pilkada ulang di Sulsel.
Bro, jelasku kepada Asep. Segala macam cara memang dilakukan oleh mereka-mereka yang ada fotonya terpajang di kota Makassar ini.Apalagi kalau bukan untuk meraih kekuasaan, terkadang mereka tidak lagi memandang hitam putih budaya yang mengkultuskan peradaban manusia.Mereka itu hanya ingin berkuasa uang dan kehormatan. Obsesi mereka adalah menguasai, lalu menempuh dengan cara apapun asal tujuan tercapai.
Diposting oleh dermagamakassar di 20.31 0 komentar