CLICK HERE FOR THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES »

Sabtu, 19 April 2008

KISAH LAIN

Kisah dan cerita lain-juga anda bisa jumpai melalui:
http//www.anobugis.multiply.com


redaksi

Sabtu, 12 April 2008

Rasakan Kehidupan Rakyat Yang sebenarnya


Sudah sebulan terakhir ini saya mengarungi alam Makassar dan sekitarnya sambil menggunakan sepeda. Bukan bekerja melainkan refresing. Tapi sebenarnya boleh juga dikatakan bekerja karena sepanjang jalan-selain bercerita,tertawa rupanya otaku ini tidak bisa diam untuk mencari ide liputan. Dan yah...saat touring ke Bantimurung dan Bislap lokasi perahu Sawerigading terdampar-terdapat sejumlah angle liputan yang akan digarap timku esok harinya. Yah...sepedaku kali ini bukan hanya mengolah otot tapi juga mengolah otak. Di Bantimurung saya melihat sejumlah ibu-ibu pedagang asongan memasak di dalam gua atau masih hidup di hutan batu karz Maros. Wah...sungguh menyenangkan bisa merasakan kehidupan rakyat yang sebenarnya. Bukan mengeruk keuntungan seolah-olah bekerja serius. Maka, mulailah mengarungi alam-walaupun tidak menggunakan sepeda. Tapi alangkah bagusnya jika bergabung dengan timku yang sudah berjumlah 7 tim ini. Tanpa melihat latar belakang dan muasal kantor.Semua menyatu dalam senyuman alam....

Senin, 07 April 2008

Menyingkirlah Dariku....


Tiba-tiba saya berpikir tentang sebuah pertemanan dan persahabatan. Kubolak-balik kamus Bahasa Indonesia. Teman bermakna sebagai saling membantu sama lain.Tapi mungkin sebaiknya kita runut lagi dalam kehidupan sehari-hari. Kita selalu berkata, teman bermainku,teman sekerjaku,teman tidurku,teman kecilku dimana pengertiannya sangat sempit. Misalnya, teman kerja ya benar-benar hanya sebagai teman dalam bekerja. Tapi bukan teman hidup. Nah dalam kehidupan sehari-hari, cendrung teman yang tidak mempedulikan atau merasakan perasaan teman lain.mereka cendrung tidak peduli walau tidak semuanya. Tapi ada satu teman yang paling bagus adalah teman hidup. Susah-senang sama-sama ikut merasakan, apalagi kalau bukan istri.

Lalu ada kata sahabat. Dalam kamus Bahasa Indonesia, sahabat atau persahabatan, adalah persahabatan yang kekal tidak akan bisa dibeli dengan uang. Nah, dalam kehidupan sehari-hari nampaknya kita memang harus membutuhkan sahabat di luar teman hidup tadi. Karena sahabat, dapat mengerti apa yang kita rasakan tanpa melihat apakah kita senang, punya duit atau tidak melihat kita pintar dan pandai. Wahh..dalam dunia ini nampaknya sulit mencari sahabat seperti ini, butuh waktu yang entah berapa lama.

Sungguh sangat sulit mencari teman apalagi sahabat. Malah sempat saya berpikir-sebaiknya kita tidak usah berteman apalagi bersahabat jika hati kita belum seirama dengan hati. Karena disitulah letaknya-kadang mulut dan hati kita masih belum sejalan bela...maka menyingkir sajalah kau....atau saya ikuti perkataan sahabat nabi, "sombonglah terhadap orang yang sombong"

Selasa, 01 April 2008

Kamu Dorong Pagar?,Saya Punya Layar Kaca


Usai saya menjual liputan, tiba-tiba sebuah kegalauan muncul dalam benaku.Galau dan tidak habis pikir, koq kalau mahasiswa demo walau lima orang, dorong pagar,kejar-kejaran,sandera mobil, sangat menarik buat ditayangkan di televisi?Kata orang ahli dalam bidang jurnalistik televisi, karena gambarnya menarik-sexi gitu. Kegalauan saya adalah,kadang-kadang demonya gak berkualitas,bukan aspirasinya rakyat banyak. Tapi karena gambarnya dorong pagar,teriak-teriak akhirnya Jakarta tertarik buat ditayangkan di televisi. Kira-kira, pemirsa biasa yang ada di Papua,Kalimantan dan Sumatra tertarik nggak ya soal tayangan dorong-dorongan itu???Yang kutau yah...hanya kepuasan bagi peliputnya atau pelaku pekerja televisi.

Kamis, 27 Maret 2008

kebenaran yang semusim

Khotbah Jum'at hari ini benar-benar kusimak lebih dalam lagi. Khatib yang menggunakan bahasa lugas mengulas tentang kebenaran. Lalu tibalah sang khatib mengatakan, kebenaran itu tidak mutlak,kebenaran ada pada masanya karena akan berubah ketika masa itu tidak berlaku lagi. Teringat ulasan Imam Gazali yang hijrah dari Filsafat ke Spiritual.Jangan percaya seratus persen terhadap apa yang terlihat oleh matamu dan indera lainnya. Cobalah tarik dua utas tali lurus jauh ke depan. Faktanya, ujung tali itu tak akan bertemu. Tapi kalau kamu menggunakan mata dan indra lainnya maka tali itu dapat dipertemukan. Tapi kenyatannya? TIDAK...

Kamis, 13 Maret 2008

Status Karyawan yang dirindukan

Karyawan..dulu sebuah kata yang begitu tabu terdengar di sekelinglingku. Malahan karena statusku sebagai karyawan pada masa lampau itu-kerapkalai menjadi bahan olok-olokan. Rupa-rupalah buah bibir. Mulai gaji yang rendah,status hingga dipandang remeh temeh. Ahaa...syukurlah-saya bisa melewatinya hingga akhirnya saat ini-sangat kunikmati status ini. Karena statusku sebagai karyawan enam tahun lalu-kubekerja karena karyawan enam tahun lalu,kubidik masyarakat menggunakan kamera sebagai karyawan enam tahun lalu,bekerja bagaikan tanpa pamrih itu pada enam tahun lalu-kini kurasai benar hikmah dan faedahnya.
Sekarang-kata tabu itu kini menjadi incaran. Bahkan malah ada yang menyesalinya, karena dulu ditawari karyawan tapi menolak. Yah..dunia terus berputar,usia makin beranjak,cara pandang terus berubah seiring perkembangan masa dan status. Dulu yang jelek kini menjadi bagus,tabu kini mulai dirindukan...

Rabu, 12 Maret 2008

Menjadi apa?

Ya...menjadi apa?Hehehe...bahkan saya pun tak pernah memperkenalkan diriku sebagai apa? orang-orang,sahabatku dan temanku saja yang selalu bilang saya adalah begini. Karena tak pernah terpikir olehku untuk mengejar posisi.Puihh....suatu hari kusampaikan kepada Abo' "talenta seseorang tak kan bisa dihalangi walau setebal tembok raksasa china. karena talenta lahir dari Atas-tidak dibuat-buat"...

Rabu, 20 Februari 2008

Soal Pilkada:kata wartawan-bos TNI/Polri Vs Bos Sayang

Yah...itu kalimat yang kutemui Rabu sore di Warkop Dg.Anas. Diskusi hangat ketika seorang fotografer media lokal di Makassar mengangkat tema soal kelanjutan Pilkada Sulsel yang entah kapan usainya. Katanya, sabtu malam lalu-semua jendral baik TNI AL,TNI AD,TNI AU dan Kapolda hingga pangkat kombes berkumpul di anjungan Pantai Losari Makassar. Katanya, mereka saling bisik soal kekuatan mereka untuk diterjunkan saat massa Syahrul Yasin Limpo-gubernur terpilih hasil rekap KPUD Sulsel. Bahwa acara sabtu malam kemarin, hanya untuk memperlihatkan kepada tim Syahrul bahwa pasukan ini yang kalian akan hadapi. Ngeri juga dengar cerita rekan ini sambil tertawan...

"Ada wacana-masa jabatan Penjabat Gubernur akan diperpanjang hingga usai Pilpres"kata seorang intel.Kalau mau akal-akalan ya..bisa saja. Tapi apakah penjabat Sulsel itu atau penguasa di Jakarta berhati nurani?Lalu kalau diperpanjang''yah..mana dong kedaulatan rakya?mana hati nurani rakyat yang pernah memilih tiba-tiba dipangkas oleh kepentingan politik?...

Sabtu, 16 Februari 2008

Hari ini kunaik angkot


Pagi ini saat menuju biro saya tiba-tiba tertarik untuk naik angkot atau pete-pete.Saat kududuk, imajinasiku langsung melayang ke bebearapa tahun silam-ketika "kugemari" naik angkutan kota. Walau 15 tahun lebih-nyaris tak ada bedanya,panas,sesak, sopir tiba-tiba ngerem lalu kepala menjulur ke depan seolah nyaris jatuh. Dan itu terjadi sama saya lalu bertubrukan dengan kepala seorang gadis yang berjilbab. Tapi seperti biasa, aku diam saja, kata maafpun tak keluar lalu wajahku kualihkan dan asyik mendengar lagu bugis yang berceritra tentang perihnya hidup dan mengadu kepada Tuhan.

Beruntung sekali saya mendengar lagu bugis itu. Kusimak lamat-lamat dan akhirnya kusimpulkan. Bahwa sudahilah terus mengeluh, kembalilah bekerja dengan giat. Karena pekerjaan yang kita lakoni sekarang akan terasa manpaatnya pada lima atau sepuluh tahun kemudian. Bahwa dulu, ketika saya naik angkot-sekitar lima belas atau sepuluh tahun silam-kini terasa pada usiaku saat ini. Artinya, bahwa usiaku sekarang ini memang sudah waktunya merasakan pekerjaan yang kulakoni lima belas atau sepuluh tahun yang lalu. Mungkin akan berbeda lagi pada lima atau sepuluh tahun kemudian di mana usia saat itu telah memasuki usia bekerja pada zamannya. Yah..itulah rona kehidupan, rona alam yang tak bisa dikalahkan oleh kekuatan apapun, tak bisa dibendung oleh rencana dan kekuatan apapun. Adalah talenta berasal dari Tuhan, sehingga kalau ada yang menghalangi talenta itu maka ya...ujung-ujungnya berdosalah pada akhirnya. Nah, syair terakhir lagu yang kudengar di atas angkot ini adalah "berhentilah mengeluh,berhentilah memusingi orang-giatlah kembali bekerja karena akan kamu rasakan pada usia lima tahun kemudian. Kalau kamu tinggal diam, maka akan semakin tertinggalah pada usia selanjutnya..."...

"kiri dallekang daeng..(kiri depan daeng:red)" begitu pintaku kepada sopir angkot saat tiba di depan Jalan Ahmad Yani, tepat depan biro. Kebetulan, jalan Jendral Sudirman macet sehingga angkot harus memutar lalu melintaslah di Jalan Ahmad Yani. Kusodori uang Rp. 20.000. lalu ia kembali Rp. 18.000. "dulu, waktu aku naik angkot pembayaran masih Rp. 300 rupiah". Yah..begitulah rona hidup dan rona alam. Bahwa tidak selamanya harus Rp. 300 rupiah. Kini saatnya Rp. 2000 rupiah..

Kamis, 10 Januari 2008

Mukijizat Cinta Sebuah Pengabdian


Abdul Hadi bergegas menuju kostnya di kawasan Tendean Jakarta Selatan. Baru saja ia mendapat perintah langsung dari bosnya menuju kawasan dingin di salah satu propinsi di Pulau Jawa, "mau kemana Di,koq kelihatannya buru-buru amat", tanya Syahran penuh keherenan. Syahran adalah teman sekost Abdul Hadi sejak ia bekerja.Keduanya patungan sekali sebulan untuk membayar kost-kostan yang mereka tinggali sejak dua tahun terakhir ini. Selama dua tahun, Abdul Hadi dan Syahran sama-sama merasakan hidup di kost-kostan. Katanya hidup di Jakarta memang serba susah, semuanya harus serba mengeluarkan duit. "Buang air kecil saja harus di bayar" begitu kata temanku yang kini sudah menetap di Jakarta.

"Wah,kau Ran.Sudah bangun kau rupanya?. Semalam aku dipanggi oleh bos. hari ini saya harus ikut rapat bersama rekan-rekan se kantor", jawabnya kepada Syahran sambil mengepak-ngepak pakainnya lalu dimasukan ke dalam tas ranselnya. "ayo cepat Ran, mandi sana. kau dulu atau aku", kata Hadi "soalnya saya buru-buru nih, jam delapan saya harus ada di kantor.

Sebelum mandi Hadi terheran melihat tas milik Syahran yang sudah berisi segumpal pakaian. Ia lalu mengitari sudut-sudut kamar kostnya ini. Sudah nampak bersih, tak ada lagi pakaian Syahran yang bergelantungan,termasuk sepatu. "wah-wah..ada nih Ran. Kamu DLK ya? ke mana?" tanya Hadi penuh keheranan.

"DLK kemana?, saya nggak pernah lagi DLK", jawab Syahran.
"Oo..kamu cuti toh? mau pulang kampung rupanya.pantas aja setiap malam kau diteplon pacarmu di kampung"ledek Hadi
"Gini Di, saya minta maaf baru sekarang ngobrol ke kamu. Mulai besok saya kerja di tempat lain. Aku baru aja ditelpon oleh kawan kita yang sudah kerja di sana dan katanya aku ditawari untuk bergabung di sana. Belum tau sih jobnya bagian mana. Tapi soal gaji ya lumayanlah. empat kali lipat"begitulah penjelasan Syahran ke Hadi.

Kedua sahabat kerja ini lalu diam membisu. Hadi masuk ke kamar mandi sementara Syahran bersiap-siap meninggalkan kostnya. Sejak semalam ia sudah pamit ke teman-teman kerjanya. Begitulah, kedua sahabat ini sama-sama hendak meninggalkan kostnya. Hadi berkemas barang menuju rapat bersama teman sekantornya sementara Syahran meninggalkan kostnya menuju ke tempat kerja yang baru-mencari suasana yang baru.

Gelombang badai di tengah laut kini juga melanda kawasan Tendean. Gelombang kali ini adalah gelombang eksodus sejumlah pekerjanya. Hampir setiap tahun gelombang seperti ini terjadi. Satu persatu bahkan berkelompok mereka pindah ke tempat lain. Alasannya pun bermacam-macam. Mulai soal gaji,suasana kerja, suka nggak suka hingga karena mengikuti rekannya dengan alasan pertemanan."System bang.System yang membuat seperti ini. Nah sekarang siapa yang membuat system itu", ujar Adriani kepada pacarnya saat berdiskusi panjang soal gonjang-ganjing eksodus.

Awal tahun 2008 ini kemudian menjadi perbincangan hangat di seputaran Tendean hingga ke daerah-daerah. Perbincangan makin hangat karena pembajakan sampai juga ke daerah-daerah. "Kira-kira apa dipikiran bos kita saat ini?melihat begitu banyak anak buahnya hengkang,dibajak lalu meninggalkan kantor ini", perbincangan antara Laila melalui telpon. "Kalau soal itu saya kurang paham. Soalnya sudah seringkali terjadi pembajakan dan eksodus seperti ini. Tapi biasa-biasa aja tuh. entahlah kalau sekarang ini. Soalnya eksodus tahun ini agak berbeda dengan eksodus yang lalu-lalu", jelas Bona yang suaranya jauh di sebrang sana. Yah, tahun ini memang bukan hanya karyawan biasa yang pindah melainkan sejumlah pucuk pimpinannya yang sebelumnya dijadikan panutan di kantor tersebut. Memang, tidak semua dibajak atau kerja di tempat lain tapi sangat kebetulan disaat bersamaan banyak yang keluar dengan berbagai alasan. Bahkan ada yang keluar secara berkelompok atau satu paket.


Abdul Hadi kini siap-siap menuju tempatnya rapat. Di atas mobil perincangan hangat bukan lagi soal basa-basi pekerjaan melainkan soal eksodus dan pembajakan-pembajakan itu. Mulai dari siapa saja yang sudah pindah kerja hingga desas-desus yang akan mengikuti jejak mereka yang sudah lebih dulu meninggalkan jejak di Tendean. "pokoknya gini deh.Perbincangan kita ini harus sampai ke rapat nanti" usul Hadi ke beberapa rekannya. Walau sebenarnya Hadi kurang yakin apakah persoalan ini bakal mendapat tanggapan dari kalangan rapat. Tapi bagi dirinya, apapun yang terjadi persoalan ini harus mendapat resfon dari bos-bosnya. Hadi hanya ingin tahu reaksi para peserta rapat. Setidaknya ada sebuah "rahasia" perusahaan dari bosnya yang ia ingin ketahui lalu disampaikan kepada rekannya yang tidak mengikuti rapat. Dan rahasia itu bisa menjadi tonikum baru bagi dirinya dan rekan-rekannya yang masih setia.

"Saya sih berharap dalam rapat itu ada sebuah mukjizat yang diberikan kepada mereka yang mencintai kantor ini, mencintai suasana ini,atau mereka yang saling mencinta di kantor ini", harap Nic saat berincang melalui telpon dari Surabaya ke Losari. "Betul. Saya sangat yakin. Meskipun nantinya perbincangan ini akan masuk dalam pase ketiga dalam sebuah rapat-tapi kita berharap mukjizat itu akan kita dengar dan tau", kata Ona sambil tertawa lebar.

"kau tertawai aku", kata Nic
"bukan. kenapa kau uring-uringan?tenang aja. Atau kau sudah ditawari ya",ledek Ona

Yah..Mukijizat tahun 2008 nampaknya sudah menjadi sebuah penantian bagi mereka yang sudah terlanjur cinta. Entah cinta kepada kantornya,cinta pada suasana, cinta pada keadaan,cinta kepada sesama teman atau ada yang juga beranggapan jika dimanapun akan menemui kerja seperti apa yang mereka alami di kantornya saat ini. "mungkin kantor lagi menguji cinta dan kesetiaan kita"kata Nic.

"Hei Nic..Hati-hati berbicara soal cinta dan kesetiaan.Jangan sampai cintamu itu akan menyekutukan Cintamu kepada Allah dan cintamu kepada kantormu?.Sebaiknya berdoalah agar cintamu dibalas oleh Allah melalui sebuah mukjizat tahun ini", saran ona yang bagaikan uztadz.

Teringat 2 tahun silam atau tahun 2006 sebuah mukjizat pada tahun genap merasuki semua jiwa para karyawan di kantor tersebut. Dan tahun ini adalah tahun genap 2008, akankah mukjizat itu terulang lagi walau modus yang berbeda. Yah..cinta dan kesetiaan bagi mereka yang masih tinggal tak dapat dipisahkan lagi antara cintanya kepada pekerjaannya dan cintanya kepada kantor tempat mereka bekerja. "Nic, kita akan melihat pembuktian dari seseorang yang ditinggalkan oleh orang-orang terkasihnya. Bahwa kualitas yang ada saat ini masih mampu bersaing dan membuat perusahaan ini melaju jauh terdepan seperti cita-cita dan visinya pada bangsa dan negara", kata Ona meyakinkan Nic.

"Nic..katanya sang bos marah besar begitu mengetahui banyak anak buahnya yang kabur. Dia tidak mau lagi ada SDM nya yang dibajak", ungkap Ona.
"Itu baru bos. Harus marah dong.Kasian kan jika mengeluarkan investasi membangun SDM tapi perusahaan lain menikmati", Kata Nic membalas informasi yang baru saja ia dapatkan dari sahabatnya itu.

Pindah kerja atau pembajakan memang sudah lazim di dunia salah satu jenis perusahaan ini. Bukan hanya yang berada di Tendean ini, di lokasi lain eksodus besar-besaran juga sedang berlangsung. Apalagi di PT. Tendean, bukan kali ini saja eksodus berlangsung.Tak ada habisnya SDM di sini, bagaikan kehidupan yang terus menerus berlanjut. Meminjam istilah mati satu tumbuh seribu.

Soal itu, nampaknya semua karyawan sudah yakin dan paham akan kemampuan mereka masing-masing. "buktinya kan perusahaan ini masih mampu bersaing bahkan disaingi oleh yang lain, walau banyak karyawan hebat yang telah pindah", ujar Nic. Sekarang mukjizat cinta tahun 2008 akan ditunggu untuk melengkapi kecintaan Hadi dan kawan-kawannya kepada perusahaan ini. Mukjizat itu diyakini oleh Hadi akan menjadi bentuk perlawanan dari seorang bos yang ditinggalkan oleh orang-orang terkasihnya, yang pernah dididik melalui usahanya.

Selasa, 08 Januari 2008

Para Penggoda Rakyat

"Banyak sekali spanduk ucapan selamat di kotamu bro",begitulah pertayaan temanku- yang berasal dari Bandung ketika saya menemaninya mengitari kota yang berujuluk anginmammiri. Baru kali ini sohibku ini mengunjungi Makassar setelah sekian lama kami bertemu di Bandung beberapa tahun silam.

Pasca Pilkada provinsi Sulawesi-Selatan memang spanduk-spanduk makin bertebaran di kotaku ini. Bukan hanya sudut-sudut jalan lagi yang dihiasi oleh spanduk tapi juga sudah sampai ke sudut-sudut gank atau bahkan tingkat RW sekalipun. "Ucapan seperti itu bro makin bertambah ketika memasuki hari raya Idul Adha,Natal hingga Tahun baru.Andai kau warga Makassar dan terkenal lalu sudah meninggal dunia, mungkin juga hari lahirmu akan dikenang oleh mereka yang lagi cari ketenaran itu", ujarku sambil tertawa. Tapi yang saya heran kenapa baru sekarang mereka-mereka itu memasang spanduk seperti itu, misalnya spanduk ucapan selamat tahun baru,natal dan Idul Adha.Kalau memang punya niat yang tulus, kan sedari dulu sebaiknya mereka lakukan seperti itu.

Memang, denyar-denyur dunia politik lagi hangat di Makassar. Kurang delapan bulan lagi akan berlangsung pemilihan walikota Makassar.Spanduk-spanduk,pamflet-pamflet, baliho-baliho bertebaran di sana-sini. Ada yang berwarna putih,kuning,biru,merah sesuai warna partai masing-masing. Berbagai kata,semboyan dan kalimat telah mereka keluarkan lalu mereka tuliskan besar-besar. Bahkan visi-visinya sudah mulai mereka sampaikan melalui media komunikas seperti itu. Semua ucapan yang mereka keluarkan itu, mereka anggap suci padahal tujuananya meraih kekuasaan.Idiomatik yang mereka tawarkan begitu menggoda padahal sebenarnya idiomatik.

"Wah...tuh sana bro.Balihonya gede amat. Tapi aneh, koq doa digembor-gemborkan seperti itu. Doa kan cukup kita dan Tuhan yang tau,ngapain harus disampaikan seperti itu. Apa nggak Riya' dan Nu'dza?"tunjuk Asep ketika melintasi prapatan Jalan Ahmad Yani-Jalan Nusantara. Di situ terdapat sebuah baliho ukurannya cukup besar lalu ada munajat doa untuk warga Makassar agar tidak dimurkahi oleh Tuhan. Di Baliho itu tertulis "Doa ketika di Mekkah"

Macam-macam rupa kalimat dan slogan bertebaran di sana-sini terpampang di udara. Di mobil-mobil juga terlihat beberapa stiker besar sengaja ditempelkan di kaca belakang. Misalnya, ada kalimat "I'M Team", "Save Our City". Selain kalimat-kalimat berbau bahasa asing itu juga beberapa kalimat yang berbahasa logat daerah Makassar. "Kita sudah membangun Makassar,majuki lagi Aco", sebuah spanduk di lapangan karebosi terpasang panjang. Ada yang unik juga bro, "pemimpin sombere' yang layak pimpin Makassar", sambil terpasang foto salah satu warga kota Makassar. Sombere' artinya, suka ngobrol,terbuka dan bergaul dengan masyarakat siapapun. Menggunakan semboyan bahasa asing sebenarnya dimulai oleh salah satu kandidta Gubernur Sulsel pada Pilkada November silam. Dan terbukti, semboyan tersebut membuat calon tersebut meraih suara terbanyak versi KPUD Sulsel walau ada keputusan MA yang meminta Pilkada ulang di Sulsel.

Bro, jelasku kepada Asep. Segala macam cara memang dilakukan oleh mereka-mereka yang ada fotonya terpajang di kota Makassar ini.Apalagi kalau bukan untuk meraih kekuasaan, terkadang mereka tidak lagi memandang hitam putih budaya yang mengkultuskan peradaban manusia.Mereka itu hanya ingin berkuasa uang dan kehormatan. Obsesi mereka adalah menguasai, lalu menempuh dengan cara apapun asal tujuan tercapai.

Jumat, 04 Januari 2008

Akankan kunjungan masih beraura


Setahun lalu tepatnya 15 Desember 2007, Anca menginjakan kakinya untuk kesekian kalinya di kawasan ini, Tendean Mampang Prapatan Jakarta Selatan.Berkali-kali ia ditelpon bosnya di Jakarta untuk datang namun seringkali menolaknya dengan berbagai alasan. Tapi setelah ia ditelpon langsung oleh seorang atasannya, dia tak bisa mengelak lagi lalu akhirnya tiba jugalah dia di Kawasan Tendean. Sejak saat itu Anca tak pernah lagi mengunjungi kawasan Tendean. Namun cerita tentang hiruk pikuk rekan-rekananya di Tendean nyaris setiap saat ia dengar.

Bergolak juga dalam hatinya mendengar berbagai cerita tentang kawan-kawannya yang saat ini tengah melaksanakan tugas di Jakarta. Berbagai cerita mulai dari suasana kerja,cara bekerja hingga persoalan klasik tentang kehidupan masih saja terus terngiang di telinganya. Hingga akhirnya dia mendengar lagi akan banyaknya kawan-kawannya yang memilih pindah bekerja."dulu saya anggap sebuah kelaziman kalau ada teman yang pindah, karena alasannya sangat jelas dan sudah umum di bicarakan di kantor ini. Tapi sekarang, persoalan itu makin bertambah dan menyentuh ke persoalan kinerja", gumamnya saat bercerita kepada ayahnya.

Anca lalu merenung dan khayalnya mulai menerawang jauh hingga ke Tendean. Pekerjaan yang baru saja ia lakoni untuk sementara dia tinggalkan. "Saya seolah hendak menuju ke sana hanya untuk melihat suasana dan teman-temanku yang senasib denganku", keluhnya dalam hati.

Tapi ia cemas dan khawatir, entah seperti apa lagi suasana yang ia dapatkan di sana kelak. Soalnya, ada beberapa sahabat baik hanya sebatas sahabat senyum hingga sahabat ngobrol di pantry belakang sudah tak nampak lagi. "ayah..saya baru dapat kabar, kalau ada beberapa teman baiku yang sudah keluar.dan katanya masih ada beberapa lagi yang menyiapkan diri untuk keluar. Bukan ke perusahaan lain tapi memang sudah bosan dan gerah kerja. Kira-kira, apakah hal itu tidak terjadi pada saya". Begitulah pertanyaan yang diajukan Anca ke ayahnya. Namun sang ayah tidak menjawab dan hanya senyum sambil meminum secangkir kopi yang dibuatkan oleh anca. Padahal, dia benar-benar ingin mendengar saran dari sang ayah. Sang ayah lalu beranjak dan hanya mengucapkan empat kata "kerja saja yang baik".

Kalau kerja baik, memang itulah yang sering dilakukan oleh anca, dimanapun ia bekerja. Apakah sebagai tukang sampah, penjual koran, atau office boy atau bekerja di perusahaan besar tetap saja ia lakoni dengan ikhlas dan tenang. Ia pernah membaca kisah seorang tukang pintu. Umurnya kira-kira sudah 40-an tahun, ia bekerja di salah satu hotel ternama di Singapura. Setiap hari ia mengecek pintu-pintu kamar hotel.Ketika ditanya kenapa ia melakukan setiap hari?bukankah sekali seminggu cukup "Coba bayangkan, jika sekiranya hotel ini terbakar lalu hanya gara-gara kunci pintu yang rusak lalu tamu yang ada di dalam kamar ini tidak bisa keluar dan akhirnya terbakar dan meninggal?betapa berdosanya saya, betapa bodohnya diriku dan saya tidak akan melupakan hingga akhir hayatku" jawab sang tukang kunci sambil terus mengolesi pelicin ke sejumlah pintu hotel. Katanya, peristiwa tidak ada yang tau kapan kejadiannya, bukan sekali seminggu bukan pula sekali sehari. Mungkin seperti inilah pesan salah seorang presiden Amerika Serikat, "NEVER GIVE NOT" ketika menyampaikan kampanyenya dan akhirnya terpilih lagi. "ah saya lupa nama presiden itu". Yah..jangan pernah berhenti untuk bekerja, Artinya, di manapun kita bekerja, asal bekerja dengan baik,penuh keihklasan dan untuk kemaslahatan orang banyak maka menurutku akan sama saja .

Entah jika kelak dia ke Jakarta lagi maka ia tak menemui lagi sejumlah sahabat-sahabat lamanya. Jika berkumpul dengan beberapa kawannya pasti akan kekurangan satu atau dua orang lagi. "yah..satu persatu kawanku sudah pergi", sedihnya. Itulah sebenarnya yang menganggu pikiran anca,bahwa tak ada senyuman ikhlas dari kawan-kawannya yang dulu. Mungkin, ia tak akan betah berlama-lama lagi di sana dan selalu igin pulang cepat di kampung halamannya, di mana ia dan teman-teman kampungnya bermain jauh dari pergulatan hidup di Jakarta. "semoga suatu saat jika saya ke sana-walau temanku telah berkurang, tapi setidaknya ada kumbang yang menjemputku lalu memberikan senyuman. Saya pikir, itu sudah lebih dari cukup bagiku", harapan anca kelak sambil mengakhiri ceritanya. Bahkan agar lebih menahan diriku untuk berlama-lama, tak ada salahnya menyimpan berbagai bunga di setiap tiang yang akan kulalui menuju lantai 3. Sebuah puisi akan kusiapkan "janganlah kita bertemu, karena pasti kita akan jatuh cinta lagi".

Selasa, 01 Januari 2008

Surat-Surat Pilkada

"apa kabar partner..rasanya sudah hampir dua bulan saya meninggalkan kota kita yang tercinta itu-Makassar. Kini saya mencoba hidup di Ibu Kota Jakarta-yang kata orang kota penuh dengan keganasan. Kalau bukan saya yang ikut dengan gaya mereka maka mereka yang ikut gayaku. Tapi kawan, rasanya sulit-. Sayalah yang kini terawa arus.Tapi sudahlah, saya tidak mau menceritakan panjang lebar kehidupanku di kota ini.Yang ingin kuketahui bagaimana kabarnya kiranya kampung-kampung kita itu. Berdengung rasanya telingaku mendengar berita di tivi,berita di koran mengenai Pilkada di kampung kita. Waktu kutinggalkan Makassar, saya pikir kita sudah akan mendapat gubernur baru tapi rupanya perkiraanku itu meleset. Mahkamah Agung rupanya telah membuat cerita baru tentang kampung kita.Mengapa demikian partner?, saya lihat gambar-gambar di tivi banyak saudara-saudara kita yang marah.Saya cemas,khawatir akan nasib kampungku"..sebuah surat yang diterima John pada akhir tahun 2007 lalu. Surat dari seorang sahabatnya, yang kini telah merantau.

"Begitulah kawan. Seperti itulah yang terjadi di kampung kita ini. Saya tak perlu menjelaskan dan banyak cerita lagi soal nasib kampung kita ini. Rasa-rasanya-Pilkada di kampung ini dipenuhi balas dendam yang berkecamuk. Kalau Pilkada di daerah lain, kasusnya hanya sebentar meski terlihat di permukaan amukan orang. Tapi di kampung kita ini, pergolakan yang tersembunyi dan terlihat nyaris sama. Sehingga entah dengan cara apa bisa meredamnya. Bukankah kau tau sendiri, dua kubu yang saat ini bersiteru mempunyai massa yang sama dan pengikut setia. Bukankah pula kau ketahui bahwa kedua massa mereka siap,setia dan fanatik. Bukankah kau ketahui bahwa sifat kita adalah siri' na pacce. Apapun yang terjadi, harus mempertahankan harga diri. Nah sekarang kedua kandidat yang bersiteru-sudah masuk pada fase mempertahankan harga diri" surat ini menjadi jawaban John pada sahabatnya tapi melalui sebuah imel. Maklumlah, John sedikit paham dengan teknologi intertet ketimbang kawannya itu.

Kedua sahabat ini saling membalas surat.Hanya berselang dua hari, tiba lagi pengantar pos membawa surat Ardiansya dari Jakarta.

"pertama-tama kau harus tau John. Bahwa dalam waktu dekat ini saya akan menikah dengan gadis yang kini telah kutemui di Pulau Jawa. Kau tak perlu tau asal usulnya. Yang penting, pendamping hidupku sudah siap yang akan menjaga hatiku,jiwaku dan perasaanku. Tapi ketahuilah John, walau jiwa dan perasaanku telah ada yang menjaganya-namun serasa belum lengkap jika belum kuketahi apa kelanjutan Pilkada di kampung kita" surat Ardiansya sangat singkat.

"Syukurlah. Saat kutulis surat ini-saya baru saja mendapat kabar bahwa besok massa dari kubu Asmara,kau tau Asmara kan (Amin Syam-Mansur Ramli) akan berunjuk rasa di KPUD Sulsel. Mereka menuntut agar KPUD segra meralisasikan ceritra baru yang dikarang oleh MA tentang Pilkada di kampung ini. Ketahuilah, saya sendiri masih bingung karena semuanya membawa atas nama rakyat. Ketika massa SAYANG, kau tau juga kan SAYANG. Ah,,pasti kau taulah karena selain kau pecinta wanita jadi kata sayang sangat fasih di bibirmu. SAYANG yang kumaksud ini adalah Syahrul Yasin Limpo-Agus Arifin Nu'mang. Pasangan ini yang menang dalam Pilkada lalu tapi kemudian diralat oleh MA. Kalau saling balas terus terjadi-lalu kapan bab terakhir cerita Pilkada ini akan berakhir. Kalau epos legenda Bugis - Lagaligo belum diketahui pengarangnya tapi melegenda ke tingkat dunia namun lain bagi cerita Pilkada Sulsel. entah akan melegenda apa cerita Pilkada Sulsel karena begitu banyak pengarang yang hendak menyumbangkan karyanya dalam Pilkada ini. Ketika saya berjalan-jalan di kampung-kampung,banyak saudara-saudara kita mengeluh. Ada yang bertanya, saya kira sudah ada gubernur?kenapa mau diulang lagi?.sudahlah. kami ini capek,pusing menghadapi tuntutan hidup. Minyak tanah tidak ada,harga sembako semuanya naik,harga ikan juga makin naik,mau tebang pohon untuk memasak dilarang katanya apa itu...ada istilah global warning,mau memasak pakai gas tapi gasnya hilang. Sekarang, kami mau disuruh lagi mencoblos orang. Ahh...sudahlah.Kalau begini terus-lalu kapan kita bekerja.Asal tau saja kawan, biaya yang digunakan untuk Pilkada ulang lumayan besar, Rp. 40 Milyar. Bayangkan, uang sebanyak itu digunakan untuk memilih dua orang saja. Kemarin saya ngobrol panjang dengan bapaku. Beliau bilang, "saya tidak mau lagi memilih"Lalu bagaimana dengan bapakmu partner?maukah juga mengikuti jejak pendapat bapaku?