CLICK HERE FOR THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES »

Sabtu, 16 Februari 2008

Hari ini kunaik angkot


Pagi ini saat menuju biro saya tiba-tiba tertarik untuk naik angkot atau pete-pete.Saat kududuk, imajinasiku langsung melayang ke bebearapa tahun silam-ketika "kugemari" naik angkutan kota. Walau 15 tahun lebih-nyaris tak ada bedanya,panas,sesak, sopir tiba-tiba ngerem lalu kepala menjulur ke depan seolah nyaris jatuh. Dan itu terjadi sama saya lalu bertubrukan dengan kepala seorang gadis yang berjilbab. Tapi seperti biasa, aku diam saja, kata maafpun tak keluar lalu wajahku kualihkan dan asyik mendengar lagu bugis yang berceritra tentang perihnya hidup dan mengadu kepada Tuhan.

Beruntung sekali saya mendengar lagu bugis itu. Kusimak lamat-lamat dan akhirnya kusimpulkan. Bahwa sudahilah terus mengeluh, kembalilah bekerja dengan giat. Karena pekerjaan yang kita lakoni sekarang akan terasa manpaatnya pada lima atau sepuluh tahun kemudian. Bahwa dulu, ketika saya naik angkot-sekitar lima belas atau sepuluh tahun silam-kini terasa pada usiaku saat ini. Artinya, bahwa usiaku sekarang ini memang sudah waktunya merasakan pekerjaan yang kulakoni lima belas atau sepuluh tahun yang lalu. Mungkin akan berbeda lagi pada lima atau sepuluh tahun kemudian di mana usia saat itu telah memasuki usia bekerja pada zamannya. Yah..itulah rona kehidupan, rona alam yang tak bisa dikalahkan oleh kekuatan apapun, tak bisa dibendung oleh rencana dan kekuatan apapun. Adalah talenta berasal dari Tuhan, sehingga kalau ada yang menghalangi talenta itu maka ya...ujung-ujungnya berdosalah pada akhirnya. Nah, syair terakhir lagu yang kudengar di atas angkot ini adalah "berhentilah mengeluh,berhentilah memusingi orang-giatlah kembali bekerja karena akan kamu rasakan pada usia lima tahun kemudian. Kalau kamu tinggal diam, maka akan semakin tertinggalah pada usia selanjutnya..."...

"kiri dallekang daeng..(kiri depan daeng:red)" begitu pintaku kepada sopir angkot saat tiba di depan Jalan Ahmad Yani, tepat depan biro. Kebetulan, jalan Jendral Sudirman macet sehingga angkot harus memutar lalu melintaslah di Jalan Ahmad Yani. Kusodori uang Rp. 20.000. lalu ia kembali Rp. 18.000. "dulu, waktu aku naik angkot pembayaran masih Rp. 300 rupiah". Yah..begitulah rona hidup dan rona alam. Bahwa tidak selamanya harus Rp. 300 rupiah. Kini saatnya Rp. 2000 rupiah..

0 komentar: